Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Netanyahu, Khilafah, dan Ketakutan Lama Dunia Barat


Perdana Menteri entitas Zionis, Benjamin Netanyahu, kembali melontarkan pernyataan keras dalam pidatonya: “Kami tidak akan pernah menyerah untuk meraih kemenangan dalam perang ini… Kami tidak akan membiarkan berdirinya Khilafah Islam di utara, selatan, atau di mana pun.” Ia juga menambahkan, “Jika kaum ekstremis mengalahkan kami, maka dunia Barat akan menjadi sasaran mereka berikutnya.” (al-quds.com, 23/04/2025)

"Netanyahu said in statements reported by Hebrew media that his government "will never give up on achieving victory in the war," adding, "We are determined to recover the detainees, and we will not allow the establishment of any Islamic caliphate, neither in the north nor in the south nor anywhere else." -alquds.com (23/04/2025)

Ini bukan kali pertama Netanyahu mengangkat isu Khilafah sebagai ancaman. Dalam minggu itu saja, ia menyebutnya dua kali, dan sepanjang agresinya ke Gaza, tema serupa terus berulang walau dengan istilah berbeda. Berikut ini beberapa pernyataan lainnya sang jagal dalam kesempatan dan waktu yang berbeda:

"I reiterate: We will not conclude the war of redemption before we destroy Hamas in Gaza, return all of our hostages and ensure that the Gaza Strip will never again constitute a threat to Israel.
.....
We will increase the pressure on Hamas until we achieve all of the objectives of the war. I again reiterate: We will not give up on even one hostage, living or deceased. We are determined to return them all home." www.gov.il (19/04/2025)


"Radical Islamic terror has many branches — from Iran to ISIS — but many of these branches are rooted in the same poisonous soil. They are all bent on world domination.” - Times of Israel (11/09/2016)

"Militant Islam is on the march. It’s not militants. It’s militant Islam. And unfortunately, the militants are divided into two streams: the militant Sunnis led by al-Qaida and ISIS and the militant Shiites led by Iran and Hezbollah. They disagree with each other who should be the master of Islam, but they agree that all of us are the enemies. And I think they have to be fought. They have to be rolled back. And they have to be defeated." Fox News Interview (10/10/2014)

Pertanyaannya: mengapa sekarang isu ini kembali digoreng? Apa relevansinya dengan situasi di Gaza? Dan kepada siapa sebenarnya pesan ini diarahkan?

Netanyahu saat ini sedang menikmati euforia kekuasaan—terlena oleh dukungan buta dari para penguasa dunia Islam yang bungkam. Bukannya mengirim bantuan militer untuk membela Gaza, mereka justru memperkuat blokade dan bahkan menyalurkan dana serta logistik yang secara tidak langsung memperkuat agresi Israel. Ini membuat Netanyahu merasa aman untuk terus melanjutkan agresi, seakan tak ada kekuatan yang mampu menghalangi.

Namun, di balik kepercayaan dirinya, Netanyahu sadar bahwa kekuatan militernya sendiri tak cukup untuk merealisasikan ambisi besarnya. Ia memahami betul bahwa Amerika dan negara Barat saat ini ingin menggunakan Israel sebagai alat utama untuk menekan kebangkitan Islam, terutama setelah posisi Iran mulai dikesampingkan dalam strategi regional mereka.

Netanyahu menghadapi dua tantangan besar. Pertama, tekanan dari dalam negeri: rakyatnya lelah menghadapi ketidakpastian, dampak ekonomi, dan korban militer. Kedua, tekanan dari luar: opini publik global yang semakin menentang agresi brutal Israel, terutama setelah serangkaian serangan terhadap warga sipil, sekolah, rumah sakit, dan tempat ibadah.

Retorika tentang “mengubah wajah Timur Tengah” hanyalah propaganda. Faktanya, Israel belum pernah bertempur melawan satu pun tentara negara Muslim. Mereka hanya menyerang kelompok bersenjata kecil dengan perlengkapan terbatas. Meski begitu, Netanyahu tetap menjual narasi bahwa ia sedang berperang di tujuh front untuk memompa semangat publik domestik.

Ketika ia bicara soal “bahaya Khilafah,” sebenarnya pesan itu ditujukan kepada Barat, bukan kepada rakyat Palestina atau dunia Islam. Netanyahu memahami bahwa mimpi buruk terbesar Barat bukanlah kelompok perlawanan, melainkan kebangkitan Islam politik yang otentik dalam bentuk Khilafah. Ia memanfaatkan fobia ini untuk terus memancing simpati dan dukungan dari para pemimpin Barat, terutama saat tanda-tanda kelelahan mulai terlihat dari sekutu-sekutunya.

Menariknya, Netanyahu tahu bahwa kelompok-kelompok seperti Hamas, Hizbullah, atau Houthi tidak secara terbuka menyerukan pendirian Khilafah ala metode kenabian. Namun ia tetap membingkai konfliknya dalam narasi itu agar tampak lebih “eksistensial” bagi Barat.

Pernyataan semacam ini mencerminkan ketakutan mendalam yang terus menghantui para pemimpin Barat: bahwa suatu saat, umat Islam akan bangkit dan menyatukan diri di bawah satu kepemimpinan politik yang berdasarkan syariat. Meski Khilafah nyaris tak disebut dalam wacana media arus utama, ia tetap menjadi kekhawatiran laten yang sesekali diangkat kembali saat Barat merasa posisinya terancam.

Padahal kenyataannya, entitas Zionis terbukti rapuh. Dalam lebih dari satu setengah tahun perang di Gaza, mereka tak mampu menundukkan wilayah kecil dengan populasi terkepung dan minim persenjataan. Jika menghadapi satu tentara dari negeri Muslim saja mereka kesulitan, bagaimana mereka bisa menghadapi kebangkitan umat Islam yang sesungguhnya?

Netanyahu mungkin terus menggunakan isu Khilafah untuk memperpanjang umur dukungan Barat. Tapi, bagi umat Islam, ini adalah pengingat bahwa janji Allah dan kabar gembira dari Rasulullah tetap berlaku. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

«ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ»

"Kemudian akan kembali berdiri Khilafah di atas metode kenabian."

Dan janji Allah itu pasti:

وَعْدَ ٱللَّهِ ۖ لَا يُخْلِفُ ٱللَّهُ وَعْدَهُۥ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“(Itulah) janji Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (QS Ar-Rum: 6)

Khilafah bukan sekadar mimpi. Ia adalah janji yang akan ditepati, dan kelak akan menjadi kenyataan yang tak lagi bisa dihindari oleh Barat maupun pemimpin-pemimpin zalim yang ikut melanggengkan penindasan. Ingat... Khilafah akan tegak berdiri kokok dan membebaskan bumi Palestina. Insyaa Allah. [AT/Agritusi]

Post a Comment for "Netanyahu, Khilafah, dan Ketakutan Lama Dunia Barat"