CROPWAT, Solusi Irigasi Cerdas untuk Nanas di Lahan Kering Lampung
Lampung Tengah – Kebutuhan air yang efisien dan terukur menjadi tantangan utama dalam budidaya nanas, terutama di wilayah Lampung yang dikenal dengan lahan keringnya. Di balik kelezatan buah tropis ini, terdapat sistem pengelolaan air yang terus diuji dan disempurnakan.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Perkebunan PT Great Giant Food (GGF), Terbanggi Besar, Lampung Tengah, mencoba menakar kebutuhan air tanaman nanas secara lebih presisi menggunakan perangkat lunak simulasi bernama CROPWAT. Perangkat ini dikembangkan oleh FAO dan telah digunakan secara luas untuk merancang jadwal irigasi tanaman pertanian.
Dalam studi yang dilakukan oleh tim dari Universitas Lampung (Ahmad Tusi, Bustomi Rosadi, dan Maruli T). Pada kajiannya peneliti membandingkan model CROPWAT dengan dua metode irigasi lain, yakni metode yang digunakan perusahaan, dan metode panci evaporasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode CROPWAT mampu mendekati akurasi sistem yang diterapkan oleh perusahaan dengan selisih hanya 4,3 persen. Sementara metode panci memiliki selisih lebih besar hingga 16,4 persen terhadap metode kontrol.
“Secara statistik tidak berbeda nyata, tapi secara teknis, tanaman dengan metode CROPWAT menunjukkan pertumbuhan lebih baik,” jelas Ahmad Tusi, salah satu peneliti.
Tanaman nanas yang diairi menggunakan pendekatan CROPWAT memiliki bobot rata-rata 3,14 kilogram, sedikit lebih tinggi dari metode lainnya. Selain itu, kadar air tanah tetap terjaga dalam rentang aman, mengindikasikan bahwa jadwal irigasi yang dihasilkan mampu memenuhi kebutuhan tanaman tanpa berlebih.
Efisiensi ini menjadi penting karena nanas termasuk tanaman dengan tipe metabolisme CAM (Crassulacean Acid Metabolism), yang mampu menyerap CO₂ di malam hari dan menutup stomata di siang hari untuk mengurangi penguapan. Meski demikian, fase pembungaan dan pembentukan buah tetap membutuhkan suplai air yang cukup.
Dengan data iklim, jenis tanaman, dan kondisi tanah sebagai masukan, CROPWAT menghasilkan simulasi kebutuhan air berdasarkan rumus evapotranspirasi Penman-Monteith. Hasil perhitungan historis (1996–2005) juga membuktikan bahwa model ini cukup andal untuk jangka panjang.
Penelitian ini merekomendasikan penggunaan CROPWAT untuk perencanaan dan pengelolaan irigasi tanaman nanas, terutama dalam skala industri. Di tengah tantangan iklim dan keterbatasan sumber daya air, pendekatan berbasis data seperti ini menjadi kunci bagi pertanian berkelanjutan di masa depan.
Catatan Tambahan: Artikel ini berdasarkan penelitian berjudul Pendugaan Kebutuhan Air Tanaman Nanas Menggunakan Model CROPWAT oleh Ahmad Tusi, Bustomi Rosadi, dan Maruli Triana yang dipublikasikan dalam Jurnal Irigasi, Vol. 7 No. 1 (2012).
Bagi yang berminat dan ingin berdiskusi bisa menghubungi Agritusi atau untuk membaca papernya bisa dilihat pada link ini: Irigasi Nanas CROPWAT. atau bagi yang ingin belajar CROPWAT secara gratis silahkan lihat link berikut ini: Belajar CROPWAT bersama Agritusi .
Semoga bermanfat, sampai jumpa pada artikel yang lainnya.
Post a Comment for "CROPWAT, Solusi Irigasi Cerdas untuk Nanas di Lahan Kering Lampung"